CARA MENJAGA KESEHATAN KEWANITAAN
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6UeVl5GA3a7-qlJAxNyAR7hntryCFQnDViBu-Qt-e5SX2ac7dcPsS_VzbwWcZPaCZfH8Y81kFCXCwZNk1mbsaDZ3pfbbsBZm6bOvWuY8Oh5C1ObPGAqPnW7jZLs_Fo1UPnUTmEWUBN6Gj/s72-c/iol89.jpg
WARNING: ARTIKEL YANG SAYA BUAT BUKA TENTAN PORNO TAPI INI PENDIDIKAN HEHEHE
Pilih pembalut berdaya serap tinggi dan terasa lembut ketika dipakai demi mengurangi iritasi pada daerah kulit vagina. Hindari pembalut yang menggunakan wangi-wangian karena bagi yang berkulit sensitif, zat kimia yang terkandung dalam wangi-wangian ini akan membuat vagina menjadi gatal dan iritasi.
11. Bila gatal-gatal
Jangan garuk organ intim segatal apa pun. Membilas dengan air hangat juga tidak disarankan mengingat cara itu justru bisa membuat kulit di sekitar Mrs. V bertambah merah dan membuat rasa gatal semakin menjadi-jadi. Lebih baik kompres vagina dengan air es sehingga pembuluh darah di wilayah organ intim tersebut menciut, warna merahnya berkurang, dan rasa gatal menghilang. Alternatif lain, basuh vagina dengan rebusan air sirih yang sudah didinginkan. Atau, gunakan PK yang dicampur dengan air dingin. Takarannya, 1 sendok teh untuk air satu ember ukuran sedang. Penggunaan PK dengan dosis tidak tepat bisa membakar kulit dan membuatnya kering berwarna kecokelatan.
Mrs. V memang sensitif. Organ intim ini begitu rentan terkena penyakit karena letaknya yang berdekatan dengan anus. Inilah yang menjadi alasan mengapa vagina mesti selalu dimanjakan dengan selalu dirawat dan dijaga kebersihannya.
Mengenai caranya, mudah kok:
1. Bersihkan vagina setiap habis buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).
Air yang digunakan untuk membasuh mesti bersih, yakni air mengalir yang langsung dari keran. Penelitian menguak air dalam bak/ember di toilet-toilet umum mengandung 70% jamur candida albicans. Sedangkan air yang mengalir dari keran di toilet umum mengandung kurang lebih 10-20% jenis jamur yang sama. Kebersihan vagina juga berkaitan erat dengan trik pembasuhannya. Yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) dan bukan dari anus ke arah vagina. Cara yang disebut terakhir itu hanya akan membuat bakteri yang bersarang di daerah anus masuk ke liang vagina dan mengakibatkan gatal-gatal. Setelah dibasuh, keringkan Mrs. V dengan handuk lembut agar tidak basah.
2. Menyeimbangkan ekosistem vagina
Cara ini paling ampuh untuk mencegah timbulnya infeksi. Kelembapan ideal vagina berkisar antara pH 3,8–4,2. Dengan tingkat keasaman tersebut, bakteri baik lactobacillus akan subur sementara bakteri patogen akan mati sehingga infeksi pun dapat dicegah. Keseimbangan ekosistem secara alami akan terjaga, bila ibu selalu menjaga kebersihan vagina dan tetap menjaga wilayah vagina tetap kering.
3. Lakukan pemeriksaan wilayah sekitar organ intim
Dengan begitu bila terjadi infeksi dapat segera diketahui. Infeksi ditandai dengan terjadinya perubahan warna di daerah sekitar vagina (menjadi lebih merah) dan terkadang disertai bau yang kurang sedap juga rasa gatal. Jika ditemukan tanda-tanda seperti itu berkonsultasilah pada dokter ahli obstetri-ginekologi serta dokter ahli kulit dan kelamin.
4. Gunakan cairan pembersih secukupnya
Pilihlah cairan pembersih khusus vagina yang kadar pH-nya antara 3-4 (bisa dibaca pada kemasan). Hindari pembersih yang memiliki pH tinggi karena akan membuat kulit kelamin cepat keriput, dan mematikan bakteri baik.
5. Pilih celana dalam katun
Katun dapat menyerap keringat dengan baik. Bahan lain, misalnya, nilon yang bersifat panas dapat menimbulkan kelembapan berlebihan dan mendorong tumbuhnya jamur serta bakteri patogen di wilayah vagina. Gantilah celana dalam minimal 2 kali sehari atau 3-4 kali bagi yang memiliki mobilitas tinggi.
6. Hindari mengenakan celana atau jins yang ketat
Ini agar Mrs. V tidak kepanasan lantas berkeringat. Keringat merupakan “makanan lezat” bagi jamur di seputar vagina. Bila terpaksa harus menggunakan celana ketat usahakan tidak seharian dan selingilah dengan mengenakan pakaian longgar di rumah agar sirkulasi udara maupun darah kembali lancar hingga meminimalkan suburnya jamur di situ.
7. Penggunaan pantyliner
Sebaiknya tidak menggunakan pantyliner, kecuali lendirnya memang berlebihan. Bila terpaksa menggunakan, sebaiknya pantyliner diganti setiap habis BAK maupun BAB dan jangan menggunakannya seharian. Cairan yang tertampung pada pantyliner justru akan membuat vagina jadi kelewat lembap hingga berpeluang menyuburkan tumbuhnya jamur. Pilihlah pantyliner yang tidak mengandung parfum. Zat kimia yang terkandung pada parfum dapat memicu timbulnya alergi bagi yang berkulit sensitif dalam bentuk rasa gatal dan memperparah keputihan.
8. Mencukur rambut kemaluan/bulu pubis
Meski bulu pubis berguna sebagai pelindung vagina namun bagi yang memiliki bulu pubis ekstralebat disarankan untuk dicukur. Bulu pubis yang terlalu lebat bisa menahan keringat di sekitar vagina sehingga dapat menjadi pemicu berkembang biaknya jamur. Tak perlu mencukur sampai habis, cukup yang berbatasan dengan bibir kelamin.
9. Hindari pemakaian bedak
Bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip di sana-sini dan akhirnya mengundang jamur serta bakteri untuk bersarang di tempat itu. Jadi hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan, apalagi bila hanya bertujuan agar vagina harum.
10. Pilih-pilih pembalut
Mengenai caranya, mudah kok:
1. Bersihkan vagina setiap habis buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).
Air yang digunakan untuk membasuh mesti bersih, yakni air mengalir yang langsung dari keran. Penelitian menguak air dalam bak/ember di toilet-toilet umum mengandung 70% jamur candida albicans. Sedangkan air yang mengalir dari keran di toilet umum mengandung kurang lebih 10-20% jenis jamur yang sama. Kebersihan vagina juga berkaitan erat dengan trik pembasuhannya. Yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) dan bukan dari anus ke arah vagina. Cara yang disebut terakhir itu hanya akan membuat bakteri yang bersarang di daerah anus masuk ke liang vagina dan mengakibatkan gatal-gatal. Setelah dibasuh, keringkan Mrs. V dengan handuk lembut agar tidak basah.
2. Menyeimbangkan ekosistem vagina
Cara ini paling ampuh untuk mencegah timbulnya infeksi. Kelembapan ideal vagina berkisar antara pH 3,8–4,2. Dengan tingkat keasaman tersebut, bakteri baik lactobacillus akan subur sementara bakteri patogen akan mati sehingga infeksi pun dapat dicegah. Keseimbangan ekosistem secara alami akan terjaga, bila ibu selalu menjaga kebersihan vagina dan tetap menjaga wilayah vagina tetap kering.
3. Lakukan pemeriksaan wilayah sekitar organ intim
Dengan begitu bila terjadi infeksi dapat segera diketahui. Infeksi ditandai dengan terjadinya perubahan warna di daerah sekitar vagina (menjadi lebih merah) dan terkadang disertai bau yang kurang sedap juga rasa gatal. Jika ditemukan tanda-tanda seperti itu berkonsultasilah pada dokter ahli obstetri-ginekologi serta dokter ahli kulit dan kelamin.
4. Gunakan cairan pembersih secukupnya
Pilihlah cairan pembersih khusus vagina yang kadar pH-nya antara 3-4 (bisa dibaca pada kemasan). Hindari pembersih yang memiliki pH tinggi karena akan membuat kulit kelamin cepat keriput, dan mematikan bakteri baik.
5. Pilih celana dalam katun
Katun dapat menyerap keringat dengan baik. Bahan lain, misalnya, nilon yang bersifat panas dapat menimbulkan kelembapan berlebihan dan mendorong tumbuhnya jamur serta bakteri patogen di wilayah vagina. Gantilah celana dalam minimal 2 kali sehari atau 3-4 kali bagi yang memiliki mobilitas tinggi.
6. Hindari mengenakan celana atau jins yang ketat
Ini agar Mrs. V tidak kepanasan lantas berkeringat. Keringat merupakan “makanan lezat” bagi jamur di seputar vagina. Bila terpaksa harus menggunakan celana ketat usahakan tidak seharian dan selingilah dengan mengenakan pakaian longgar di rumah agar sirkulasi udara maupun darah kembali lancar hingga meminimalkan suburnya jamur di situ.
7. Penggunaan pantyliner
Sebaiknya tidak menggunakan pantyliner, kecuali lendirnya memang berlebihan. Bila terpaksa menggunakan, sebaiknya pantyliner diganti setiap habis BAK maupun BAB dan jangan menggunakannya seharian. Cairan yang tertampung pada pantyliner justru akan membuat vagina jadi kelewat lembap hingga berpeluang menyuburkan tumbuhnya jamur. Pilihlah pantyliner yang tidak mengandung parfum. Zat kimia yang terkandung pada parfum dapat memicu timbulnya alergi bagi yang berkulit sensitif dalam bentuk rasa gatal dan memperparah keputihan.
8. Mencukur rambut kemaluan/bulu pubis
Meski bulu pubis berguna sebagai pelindung vagina namun bagi yang memiliki bulu pubis ekstralebat disarankan untuk dicukur. Bulu pubis yang terlalu lebat bisa menahan keringat di sekitar vagina sehingga dapat menjadi pemicu berkembang biaknya jamur. Tak perlu mencukur sampai habis, cukup yang berbatasan dengan bibir kelamin.
9. Hindari pemakaian bedak
Bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip di sana-sini dan akhirnya mengundang jamur serta bakteri untuk bersarang di tempat itu. Jadi hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan, apalagi bila hanya bertujuan agar vagina harum.
10. Pilih-pilih pembalut
Pilih pembalut berdaya serap tinggi dan terasa lembut ketika dipakai demi mengurangi iritasi pada daerah kulit vagina. Hindari pembalut yang menggunakan wangi-wangian karena bagi yang berkulit sensitif, zat kimia yang terkandung dalam wangi-wangian ini akan membuat vagina menjadi gatal dan iritasi.
11. Bila gatal-gatal
Jangan garuk organ intim segatal apa pun. Membilas dengan air hangat juga tidak disarankan mengingat cara itu justru bisa membuat kulit di sekitar Mrs. V bertambah merah dan membuat rasa gatal semakin menjadi-jadi. Lebih baik kompres vagina dengan air es sehingga pembuluh darah di wilayah organ intim tersebut menciut, warna merahnya berkurang, dan rasa gatal menghilang. Alternatif lain, basuh vagina dengan rebusan air sirih yang sudah didinginkan. Atau, gunakan PK yang dicampur dengan air dingin. Takarannya, 1 sendok teh untuk air satu ember ukuran sedang. Penggunaan PK dengan dosis tidak tepat bisa membakar kulit dan membuatnya kering berwarna kecokelatan.
Posting Komentar